Setelah melalui proses pemanenan, pembudidaya tentu harus
melakukan penanganan pascapanen terhadap benih maupun ikan konsumsi yang
dihasilkan. Penanganan pascapanen merupakan penanganan ikan setelah diambil
dari media hidupnya, mulai dari pengemasan hingga proses pengirimannya.
Prinsip dari penanganan pascapanen
pada umumnya dilakukan terhadap ikan hidup. Tujuan penanganan pascapanen adalah
mempertahankan kelangsungan hidup semaksirnal mungkin sampai diterima oleh kon
sumen.
Pemanenan ikan budidaya pada dasarnya diarahkan
untuk mendapatkan ikan hasil panen dalam keadaan hidup dengan tingkat kerusakan
fisik sesedikit mungkin. Hal ini dikarenakan masyarakat lebih suka membeli
dalam keadaan masih hidup. Sehubungan dengan ini ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu menetapkan saat panen yang tepat, mempersiapkan bahan dan
peralatan yang dibutuhkan, cara melaksanakan pemanenan panen yang baik..
Sebelum panen dilaksanakan, perlu
dilakukan pemantauan pertumbuhan ikan dengan melakukan pengecekan
ukuran/beratnya. Waktu pelaksanaan panen ikan budidaya yang tepat adalah pagi atau sore hari di kala suhu air di
dalam tambak rendah sehingga ikan yang
akan dipanen tidak stress.
Terdapat dua penanganan pascapanen ikan, yakni untuk ikan
dalam kondisi mati dan ikan dalam kondisi hidup. Penanganan ikan dalam kondisi
mati harus dapat mempertahankan mutu kesegarannya supaya ikan tidak rusak atau
menurun mutunya. Oleh karena itu, pembudidaya biasanya menggunakan es, garam,
atau freezer.
Es
yang digunakan bisa berbentuk bongkahan, pecahan, atau curah. Dalam penggunaan
es sebagai pendingin, perbandingan yang paling ideal antara es dengan ikan
adalah 1 : 1. Kondisi tersebut harus selalu dijaga. Sementara itu, penambahan
garam dalam upaya mempertahankan mutu ikan segar adalah dengan ukuran berkisar
2,5—10% dari berat es. Pemberian garam tidak boleh terlalu sedikit atau terlalu
banyak. Penambahan garam yang terlalu sedikit bisa mencetuskan pertumbuhan
bakteri, sedangkan bila terlalu banyak dapat menyebabkan daging ikan menjadi
asin. Penggunaan Freezer dalam penanganan ikan pascapanen sebenarnya sangat
dianjurkan, tetapi biaya yang dikeluarkan relatif lebih mahal dibandingkan
penggunaan es.
Produk ikan segar
yang belum dibersihkan dan akan disimpan untuk beberapa hari sebaiknya
mengikuti tahapan berikut:
1.
Ikan harus dibersihkan terlebih
dahulu. Proses pembersihan meliputi pembuangan sisik ikan, insang dan jeroan.
Jeroan penting untuk dibuang karena produk jeroan kaya akan bakteri pembusuk
yang bila masih terkandung dalam tubuh ikan akan berakibat menyebar dan merusak
ikan. Untuk membuang jeroan, perut ikan harus dibuka menggunakan pisau tajam
mulai dari titik lubang pembuangan sampai dengan titik tulang leher. Kemudian
dengan menggunakan tangan, penutup insang dibuka dan jari tanga n memegang
pangkal insang. Tarik insang keluar dan bila kondisi ikan segar, maka jeroan
akan ikut tertarik keluar.
2.
Mengerik sisa-sisa darah yang
melekat sepanjang tulang punggung dengan menggunakan pisau. Ingat! Darah
mengandung bakteri pembusuk sehingga harus dibersihkan.
3.
Ikan dibersihkan dengan kucuran air
bersih.
4.
Ikan dikemas dalam kantong plastik
sesuai ukuran ikan dan kebutuhan memasak.
5.
Ikan yang sudah dikemas dimasukkan
ke bagian freezer (beku) pada kulkas. Ikan dalam kondisi bekua akan tahan
selama beberapa hari (±1 minggu).
6.
Dalam skala rumah tangga juga
penting diterapkan FIFO (First In First Out), dimana stok ikan baru harus
ditempatkan di bagian belakang sementara stok ikan lama dipindahkan ke bagian
depan dan digunakan terlebih dahulu.
7.
Saat ikan beku akan digunakan, ikan beku dipindahkan
ke bagian chiller (dingin) pada kulkas, atau diletakkan di wastafel dengan
dikucuri air (thawing).
Sementara
itu, penanganan untuk ikan yang dipanen dalam kondisi hidup biasanya berupa
ikan berukuran benih dan ikan berukuran konsumsi. Keuntungan dari penanganan
ikan dalam kondisi hidup antara lain lebih mudah dan biayanya cenderung lebih
murah karena tidak membutuhkan perlakuan tambahan untuk mempertahankan mutu
ikan. Jika tidak tertangani dengan baik nilai
produk yang dijual dapat dipastikan mengalami penurunan yang cukup tajam.
Akibatnya harga jualnya tinggal setengah dari harga jual ikan hidup.
Sebelum
dipasarkan, sebaiknya pembudidaya melakukan proses sortasi terhadap benih atau
ikan konsumsi yang dipanen, baik dalam keadaan mati segar atau hidup. Hal ini
karena pedagang pembeli lebih senang bila ikan yang dibeli telah seragam
ukurannya. Keuntungan dari proses sortasi antara lain sebagai berikut.
1. Harga
ikan yang telah disortasi lebih baik.
2. Penawaran
harga lebih jelas sesuai dengan ukuran atau grade ikan.
3. Dapat
menyeleksi ikan yang mati, tidak segar, terkena penyakit, atau cacat.
4. Untuk
ikan hidup, pada waktu dilakukan pengangkutan mengurangi terjadi persaingan
yang berarti dalam memanfaatkan media hidup antara sesama ikan.
5. Menguntungkan
bagi pembeli bila ikan berwujud benih yang akan dibudidayakan lagi.
Beberapa kegiatan yang dilakukan
dalam penanganan ikan pascapanen melìputi:
- Seleksi.
Kegiatan ini dilakukan karena ukuran
ikan dalam satu periode panen sangat beragam. ikan hasil panen perlu diseleksi
dan dipisahkan menurut ukuran. Ikan hasil panen yang berukuran kecil sebaiknya
dipelihara kembali.
- Penimbangan.
Ikan yang telah panen kemudian diseleksi,
segera ditimbang untuk mengetahui bobot ikan dan satu periode pemeliharaan.
Berdasarkan bobot, pendapatan dan keuntungan yang diperoleh dapat diketahui.
- Pemberokan.
Kegiatan merupakan usaha penyimpanan
sementara sebelum dipasarkan dengan tujuan untuk membuang kotoran dalam tubuh
ikan. Pemberokan ikan dapat dilakukan dalam bak. Selama pemberokan, ikan hasil
panen tidak diberi pakan. Pemberokan dilakukan selama 24 jam untuk perjalanan
yang Iebih dari 12 jam. Untuk ikan konsumsi dilakukan pemberokan selama 1 - 2
jam.
- Pengangkutan.
Ikan ukuran konsumsi dapat diangkut
dengan berbagai cara, tergantung tujuan pasar. Misalnya, pasar lokal, luar
daerah, atau ekspor. Angkutan lokal biasanya menggunakan sistem basah,
sedangkan untuk luar daerah yang jauh dan ekspor dilakukan dengan sistem
kering.
Pada dasarnya, kegiatan transportasi
ikan adalah “memaksa” menempatkan ikan dalam suatu lngkungan baru yang
berlainan dengan lingkungan asalnya disertai perubahan-perubahan sifat
lingkungari yang sangat mendadak. Transportasi ikan dapat menggunakan cara
sistem basah dan kering.
A.
Sistem Basah.
Ikan diangkut di dalam wadah
tertutup atau terbuka yang berisi air laut atau air tawar, tergantung jenis dan
asal ikan. Pada pengangkutan dengan wadah tertentu, ikan nila di angkat di
dalam wadah tertutup dan suplai oksigen diberikan secara terbatas yang telah
diperhitungkan sesuai kebutuhan selama pengangkutan.
B.
Sistem Kering.
Transportasi ikan nila dengan sistem
kering artinya memindahkan ikan hidup tanpa media air. Pertama-tama ikan dibuat
masuk dalam kondisi tenang atau aktivitas respirasi dan metabolismenya rendah.
Transportasi sistem kering ini biasanya menggunakan teknis pembiusan pada ikan
(imotilisasi) terlebih dahulu sebelum dikemas.
Dalam praktik dilapangan, pascapanen
ikan budidaya focus pada penanganan ikan hidup dan ikan segar yang telah mati.
Ciri-ciri ikan yang masih segar antara
lain memiliki warna cerah dan bersih, sisik melekat kuat serta mengilat
(terlihat seperti ikan hidup), warna insan merah tidak pucat, daging tidak
lembek dan apabila ditekan dengan jari terasa kenyal atau kembali seperti
semula.
Sumber :
-
Anonim. 2015.
Penanganan pasca panen ikan air tawar.
Didownload dari laman https://www.pertanianku.com.
-
Surya mina
Farm. 2019. Cara Panen dan pasca panen ikan mas. Didownload dari laman http://www.bibitikan.net.
-
Anonim. 2018. Panen dan pasca panen ikan sesuai
teknik yang benar. Didownload dari laman
https://www.infoikan.com.