Senin, 25 Februari 2019

KENDALA DALAM PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN


                Industri pengolahan hasil perikanan Indonesia masih mengalami banyak kendala dan hambatan, terutama perikanan air tawar.  Utilisasi industri pengolahan perikanan masih rendah dan terkendala  dengan infrastruktur dan fasilitas produksi lain.  Meskipun  bahan baku tersedia cukup bahkan boleh dinilang berlimpah, industri perikanan nasional menghadapi lima hambatan, yakni bahan baku, infrastruktur, teknologi, permodalan, dan budaya.

Industri perikanan Indonesia kurang berdaya saing. Jika dibandingkan dengan negara luar seperti Negara Thailand, produk hasil perikanan Indonesia belum berdaya saing, negeri Gajah Putih tersebut tidak memiliki sumber daya perikanan yang besar tetapi 50% pasar dari produk ikan kaleng itu dikuasai oleh mereka. Untuk itu Indonesia perlu meningkatkan infrastruktur dan mengadopsi teknologi perikanan agar mampu lebih berdaya saing dengan negara lain.
 
Masalah terbesar dalam industri pengolahan ikan adalah pasokan bahan baku dan infrastruktur. Untuk mengatasi hal tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tengah membangun Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) untuk menampung dan mendistribusikan bahan baku dari lokasi penangkapan dan sentra budidaya ke UPI secara efisien.

Ada beberapa hambatan yang sering dihadapi industri perikanan  dan produk perikanan nasional. Saat ini setidaknya ada dua persoalan, pertama kurangnya kontinuitas bahan baku dan kurang baiknya infrastruktur.

"Kurangnya kontinuitas (kelangsungan) bahan baku ikan, terutama pada musim-musim tertentu atau paceklik di mana pada saat itu ikan sulit diperoleh dan kalaupun ada harganya relatif mahal.  Masalah pasokan bahan baku membuat industri pengolahan perikanan hanya mengoperasikan 40% dari total kapasitas.


Sedangkan kurangnya infrastruktur membuat produk pengolahan ikan Indonesia kurang berdaya saing, terutama itu dari sisi harga. Selain itu, masalah lainnya adalah banyaknya persyaratan yang diajukan oleh pembeli.
Selain bahan baku dan infrastruktur, Nadjikh juga menyoroti faktor teknologi sebagai penghambat berkembangnya industri. Industri hasil pengolahan perikanan Indonesia masih  kalah dalam mengadopsi teknologi produksi dan pengemasan. Padahal bisa impor dari Teknologi Jepang, Taiwan, China, atau Thailand. Akibatnya variasi produk juga masih minim. 
Sedangkan  kenyataannya pasar produk perikanan di level domestik dan global menuntut standar kualitas, keseragaman ukuran, dan inovasi produk. 
Selain itu masih rendahnya adopsi teknologi antara lain disebabkan oleh keengganan bank menyalurkan kredit investasi ke industri di sektor perikanan lantaran tingginya tingkat kredit macet (non performing loan/NPL) yang mencapai 11,76%. Alokasi kredit perikanan hanya mencapai 0,22% dari total penyaluran kredit bank. Ditambah lagi dengan budaya masyarakat lebih menyukai ikan segar dan kering. Variasi olahan produk ikan, seperti baso ikan, nugget ikan, sosis ikan kurang laku di pasar domestik.
Jika Indonesia mampu memerbaiki kedua sektor yaitu ketersediaan bahan baku dan infrastruktur, ditambah dengan iklim usaha yang kondusif, maka perkembangan industri perikanan akan mampu menjadi salah satu sumber utama pertumbuhan ekonomi. Hal ini karena kapasitas suplay yang sangat besar dari hulu dan hilir, serta mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak.
Secara umum, kondisi iklim usaha sangat berperan penting terhadap tumbuh kembangnya industri. Dari situ juga akan mendukung komponen sub sektor dunia usaha. Ini akan bermuara pada daya saing, kalau (iklimnya) kondusif, maka daya saing produk juga meningkat, dan akan tercipta peluang dan daya saing, khususnya untuk menembus pasar ekspor.
Disamping itu, sifat komoditi perikanan khususnya ikan sangat cepat mengalami penurunan mutu. Untuk itu dibutuhkan suatu penanganan agar kualitas atau mutu ikan tetap terjaga. Salah satu penanganan yang dapat dilakukan melalui kegiatan industri perikanan seperti cold storage, pabrik fillet ikan, dan industi olahan ikan lainnya. Semua usaha perikanan tersebut memberikan nilai tambah dan meningkatkan daya saing produk jika dibandingkan dengan menjual ikan dalam bentuk segar. Namun tidak dapat dipungkiri usaha perikanan dihadapkan dengan masalah ketidakpastian produksi, penggunaan investasi dan biaya operasional yang relatif tinggi sehingga dalam pencapaian keberhasilan secara komprehensif pada usaha yang dijalankan perlu diterapkan manajemen yang baik, jika keberhasilan dan pengembangan usaha ingin dicapai.

Industri pengolahan hasil perikanan di Indonesia saat ini masih terseok – seok. Tidak hanya dari segi pengolahannya , namun dari segi pemasaran produk olahan. Jika kita mampu memproduksi tentu kita dituntut untuk mampu menjual hasil produk. Dari segi kualitas produk, tentu kita mampu sejajar dengan hasil olahan dari negara lain. Namun dari segi harga, produk olahan ikan Indonesia masih kalah jauh atau masih relatif mahal dibandingkan dengan negara lain yang mampu memproduksi dengan harga terjangkau tapi mutu sama baik dengan produk Indonesia.


Pengolahan ikan (Ist)
Sumber :

-   Novianti,  Ana. 2013. Industri perikanan, ini 5 hambatan utama.  Di download dari laman https://ekonomi.bisnis.com.
-   Dwijayanto, Andi dan Anggriawan, Vicky. 2015.  Ini persoalan dan hambatan yang dihadapi industry perikanan Indonesia.  Di download dari laman https://www.jitunews.com
-   Anonim. 2016.  Inilah Masalah Industri Pengolahan Ikan.  Didownload dari laman  http://www.imq21.com.

1 komentar:

  1. numpang promote ya min ^^
    Ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
    hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
    ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
    untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
    terimakasih ya waktunya ^.^

    BalasHapus